Judul tulisan gue diatas sama isi yang akan gue beberin dibawah sangat terinspirasi dari sebuah lagu dari album kedua band 'Vierra' yang berjudul 'Hidup dan Matiku'.

Jadi, gue mau ngasih alibi dulu kenapa gue jarang nulis di blog, itu dikarenakan gue lebih suka main twitter, sebelum mengetahui alasannya, simak dulu definisi dari twitter. Twitter (Ibnu Suryo, 2011) adalah salah satu media jejaring sosial dengan bentuk blog kecil, yang memuat tulisan singkat dan mudah mendapat tanggapan dari orang lain. Nah, ketahuan kan kalo gue orangnya emang pemalas dan berjiwa sosial banget. Daripada nulis di blog yang rata-rata memuat tulisan panjang, twitter mampu memuat tulisan yang lebih pendek, jadi apa yang dirasa asal ada koneksi internet dan media nya seperti HP/Laptop, bisa langsung diungkapin di twitter seketika itu juga dan mudah mendapatkan tanggapan/simpati/empati dari orang lain.

Sebelumnya, rada kurang etis juga gue mbanding-mbandingin twitter sama blog di blog. Ibarat kata, gue nih lagi njelek-njelekin orang dirumahnya sendiri. Hahaha. Whatever !

Di salah satu follower twitter gue, ada orang yang gue suka. Sebut saja namanya Mawar. Nah, sebetulnya kalo twitter itu bisa ngomong, gue mau ngomong makasih banget ke dia bisa jadi media 'pengintai' mata gue ke mawar. Yaah, intinya jadi tahu kegiatan dia walau dari posisi yang jauh sekalipun. Walau twitter, Jadi kayak nyuruh gue untuk jadi secret admirer, atau bahasa yang lebih kejam lagi, jadi pengecut.

Intinya, twitter emang tempat buat mencurahkan pikiran maupun perasaan, sekaligus pengamat seseorang (bagi gue dan sebagian orang) tapi untuk menceritakan twitter dan kisah lain, I need blog^^

nih twitter gue: http://twitter.com/ibnuday

Helloooo. Lama banget gue kagak nulis di blog. Kebanyakan gue emang mbacot di Twitter. Terakhir nulis itu Juni 2010, and now, udah tahun 2011 bung ! yaah, gue harap tulisan pertama gue semenjak vakum di dunia perblogan kagak jelek jelek amat (emangnya dulu bagus ?) Whatever !

Sekarang gue udah jadi mahasiswa. Lebih tepatnya mahasiswa di Universitas Islam Indonesia. Universitas yang satu ini, terletak di kota pelajar, Yogyakarta. Hahaha. Pengin ketawa, karena bagi gue pindah ke kota Yogyakarta merupakan transformasi bahasa dari ngapak ke mbadeg. Udah tahu dari ngapak ke mbadeg, di blog masih nulis kata 'gue' aja, hahaha.

Yaah, menurut gue sih, gue udah (bukan) lagi seorang pelajar lagi, kayak dulu SMA. Lha terus ngapain pindah ke kota pelajar coba (?) Gini lo gue jelasin, Mahasiswa itu bukan lagi saatnya diajar sama pengajar. Lha iyaa, diajarnya harusnya sama dosen. Maksudnya, mahasiswa bukan lagi seorang keledai yang selalu salah dan guru bukan lagi dewa yang selalu benar (mengutip kata-kata Soe Hoek Gie)

Di perguruan tinggi, menurut gue, harusnya yang ada mahasiswa saling bertukar pikiran sesama mahasiswa atau dengan dosen, berhubung mahasiswa pasti udah bisa nalar, sedangkan tugas dosen harusnya mengarahkan dan menjadi penerang di saat kebuntuan menjelang. Kalaupun ada materi, ya harus ada praktek nyata donk, kalo di Fakultas Biologi lah baru di praktekin berbahaya (?)

Oia, ada yang ketinggalan, di UII, gue masuk Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen. Jangan tanya kenapa gue milih jurusan ini deh, 10 tahun lagi juga ntar terjawab. Nah, inti dari manajemen itu emang praktek, ga bisa donk karakteristik manajer, semisal pantang menyerah, kreatif, punya jiwa pemimpin, kritis itu diajarkan dari mulut dosen ke telinga mahasiswa.
Jadi harus ada praktek nyata sembari materi. Catatan ini tidak bermaksud 'menusuk' pihak manapun, hanya pemikiran seoarang mahasiswa baru^^

Yapp. Gue kenalin nih sama hobi gue yang sebetulnya dah lama gue tekunin. Bahkan waktu di kandungan biyung gue, gue udah sering ngelakuin nih hobi. Football (baca: bal-balan).

Kenapa gue bilang semenjak di kandungan ? Karena, pas di kandungan biyung gue sering ngeluh gue nendang se isi perut biyung. Tentu bukan karena di perutnya ada bola, tapi karena dasar kaki gue aja yang hiperaktif.

Ketika gue mengisi artikel ini. Jauh di Afrika Selatan sana sedang berlangsung pesta bola bernama FIFA WORLD CUP 2010. Nah, sekarang lagi memasuki babak perempat final. So, makin demam aja nih sama yang namanya football.

Oia, berhubung bermain sepak bola untuk jaman sekarang agak susah. Terbukti, lapangan bola di sekitar rumah gue udah berubah fungsi jadi tempat angon kambing lah, tempat anak-anak main layangan lah, sampai tempat pasar malem.

Jadi saya menekuni hobi baru yang tak jauh beda, futsal. Yah, walaupun sedikit merogoh kocek (kocek biyung gue) tapi cukup mengobati rasa rindu bermain sepak bola. Dan, gue akan tetap mencintai sepak bola dan futsal.

no drugs , no alkohol , no tawuran just a good futsal indonesia !
nih FB Grup futsal gue :
http://www.facebook.com/?ref=home#!/group.php?gid=125900320755946&v=info&ref=ts

Sudah beberapa minggu sejak perpisahan. farewell. My farewell for my old school. Jujur, gue belum siap buat ninggalin masa SMA. Masa yang kata orang bilang, masa puber. Bukan belum siap pisah sama SMA, bukan, tapi belum siap akan bekal gue di SMA buat melanjutkan hidup.
Ini tentang sekolah gue dan masa putih abu abu gue.

Gue "dipaksa" melewati 25 km panjang jalan untuk sampai ke sekolah dari rumah gue. "Dipaksa" juga melewati 5 kecamatan. Kadang naik mobil (sama sopir tentunya), naik motor, dan sesekali naik angkutan umum.

Di sana (SMA gue, red), memberikan memori sendiri di kisah hidup gue. Mulai kenal kepribadian orang, membunuh egoisme, persahabatan. Sebuah pilihan menentukan takdir. Gue merasa pilihan gue 3 tahun silam tepat. singkat kata, gue sangat menikmati masa putih abu abu gue.

Thank you for my beloved school, SMA N 1 Kebumen.

Gue mau menulis sebuah note. Anda yang diberkahi mata tentu bisa membaca note ini. Tapi, apakah dengan mata semua hal bisa dilihat? Ada beberapa hal yang tidak bisa di lihat dengan mata. Salah satunya masa depan.

Terlihat tapi tidak terlihat. Teorinya sederhana. Bila sedang bermain kartu bridge. Example bermain "minuman". Kemudian tidak menemukan kartu yang cocok. Menemukan kartu yang cocok dalam tumpukan kartulah yang harus anda lakukan. Punggung kartu pasti bisa dilihat. Tapi, genre kartu yang ingin ditemukan tidak terlihat. Sebelum membalik punggung kartu.

Sebuah keyakinan di butuhkan untuk menguatkan harapan dan mimpi. Keyakinan untuk melihat sesuatu yang belum di lihat. Jika di kondisikan dalam jalan sebelum tikungan. Butuh keyakinan untuk melewati tikungan tersebut. Walaupun tidak dapat melihat apa dibalik tikungan itu sebelumnya. Mungkin saja ada truk besar yang mungkin akan menabrak. Atau, mungkin ada seorang nenek yang mungkin akan di tabrak. Semua itu hanya bisa terjawab setelah melewati tikungan tersebut. Diperlukan keberanian untuk itu. Untuk menjawab sesuatu yang belum terjawab.

Masa depan belum terlihat. Semua masih menjadi misteri. Hadapi dengan keyakinan dan motivasi tinggi. Terlihat tapi tidak terlihat. Ketika, ada rasa melebihi menang atau kalah.

Gue seseorang yang bertubuh kurus, atau mungkin dengan bahasa yang lebih merendahkan, gue itu berpostur tubuh, cungkring. Di dalam tubuh gue yang cungkring ini pasti mengalir rasa takut. Tetapi tanggal 1 Syawal atau bertepatan dengan Idul Fitri, gue mencoba melawan rasa takut gue. Walaupun gue peduli dengan keadaan di sekitar gue, tapi gue takut buat ngungkapin rasa peduli gue. Gue bukan siapa-siapa. Gue lemah.

Tetapi di hari dimana InsyaAllah kita kembali fitrah itu, gue pengin mengawali dengan melawan rasa takut. Gue pun mengawali dengan mulai berbicara kepada seseorang. Seseorang yang gue hormati. Karena ada berjuta keluhan di hati dan pikiran gue, dan gue ungkapkan saat itu.

Apa lacur, seseorang itu terlalu angkuh buat mendengar keluhan gue. Gue lakukan ini karena gue peduli sama keadaan di sekitar gue, khususnya orang itu. Keluhan disertai tangisan gue di balasnya dengan suara keras. Gue tahu, dia hanya tidak ingin di beritahu oleh gue. Dia ingin merasa terhormat. Karena gue bukan siapa-siapa.

Gue menang ! Gue menang atas diri gue sendiri. Gue berhasil melawan rasa takut dalam diri gue. Gue tidak memikirkan bentakan itu. Keangkuhan itu. Respon itu. Alasan mengapa gue nangis adalah sifat seseorang itu yang begitu keras. Dia menganggap gue bukan seseorang yang sewajarnya memberikan dakwah padanya. Tapi gue tidak akan menyerah. Suatu saat, akan gue buktikan kalau yang gue bicarakan itu benar.

Mengapa gue bisa melawan rasa takut itu? Karena gue benar. Kita bebas berpendapat dan menyampaikannya. Tidak perlu menjadi siapa-siapa untuk berpendapat! Kalau memang merasa benar dan kalian peduli akan di sekitar anda, katakanlah! Jangan biarkan keadaan memburuk dan don't be coward!

Setidaknya gue bisa sedikit melepas sifat pengecut gue. Pengecut itu takut mengungkapkan apa yang ada di dalam hati dan otak. Buat apa mempunyai otak pandai jika hanya mempergunakan sendiri. Buat apa sejuta cinta di hati jika takut untuk mengungkapkan?

Seseorang mempunyai rasa suka terhadap orang lain. Tapi takut untuk mengungkapkan. Sebenarnya, apa yang harus di takutkan? Merasa kurang pintar, kurang tampan/cantik? Merasa bukan siapa-siapa? Tidak perlu menjadi siapa-siapa untuk mengungkapkan. Lupakan kekuranganmu, ungkapkan perasaanmu! Jika orang yang di suka tarnyata mempunyai perasaan lain, tak usah menyesal. Setidaknya telah menang terhadap diri sendiri, walaupun tidak memenangkan hati seseorang.

Hemmmppp .. kok jadi ngelantur ya ?

Musuh paling kuat adalah diri sendiri. Bukan obyek yang akan kita hadapi. Bisa saja seekor kecoak bagimu merupakan hewan yang lucu, tetapi bagi preman pasar bertato naga merupakan hewan paling mengerikan.

Keberanian harus di dasarkan dengan akal sehat dan hati yang bersih! Keberanian bukan di lihat dari fisik seseorang, melainkan dari hati.
Unknown power dwells in your heart, show your brave heart.